Seputar Seni, Budaya, dan pariwisata.: October 2014

Al Ballaputra

Friday 3 October 2014

Pulau Flores Dan Keanekaragamannya

  • Pualu Flores adalah pulau yang berada di deretan kepulauan dari Propinsi Nusa Tenggara Timur. PulauFlores berada di Kepulauan Flores yang dikelilingi olehPulau Komodo, Rinca, Ende, Solor, Adonare danLomblem.
  • Penduduk Flores terdiri dari delapan sub-suku bangsa, antara lain : Orang Manggarai. orang Riung. Orang Ngada. orang Nage-keo. orang Ende. orang Lio. orang Sikka. orang Larantuka 
  • Flores dikenal dengan multi bahasanya, terdapatberagam bahasa komunikasi sehari-sehari antarmasyarakatnya, salah satunya yaitu bahasa Werana,bahasa Rembong, bahasa Rajong, dan bahasaManggarai Kuku.Bahasa manggarai adalah bahasa yang khusus dimengerti oleh orang dalam kelompok manggarai saja 
  • Dari data terakhir yang didapatkan, jumlah pendudukFlores mencapai 4.184.923 jiwa atau 1,77% masyarakatIndonesia.
  • Salah satu mata pencaharian hidup orang floresadalah bercocok tanam di ladang. Jagung dan padi adalah tanaman pokoknya. Beternak juga suatu mata pencaharian yangpenting, beternak kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, danayam.
  • Di Flores juga tumbuh dan berkembang berbagai jeniskesenian khas daerah.Salah satu seni yang sudahmencapai tingkatsebuah peradaban dandikenal luas adalahseni tenun kain songke.
  • Seni MusikAlat-alat musik tradisional :sunding, gong, gendang, tambor, tinding.
  • Tarian –tarian daerah yang biasa dipentaskan padaupacara adat, seperti : tarian tea eku, ja’I, gawi, tandakdan tari ronda asli suu manggarai.
  • • Sebagian besar masyarakat Flores adalah pemeluk agamakhatolik.• Selain khatolik, di Flores juga terdapat agama lain, seperti:Islam, Hindu , Budha, protestan, dan kongfuchu.• Walaupun agama telah berkembang di Flores, Kepercayaanterhadap roh-roh nenek moyang hingga saat ini masih ada.
  • Sistem stratifikasi sosial kuno masyarakat Flores, terbagiatas 3 lapisan :1. Lapisan orang kraeng : bangsawan dan orang berkuasa.2. Lapisan orang ata lehe : Petani dan pedagang.3. lapisan orang budak : para tawanan perang dan orangyang tidak mampu membayar hutang.
  • Seiring dengan perkembangan pendidikan sekolah diFlores, stratifikasi sosial kuno tersebut mulaimenghilang , dan digantikan dengan yang baru antaralain guru, pendeta, dan para pegawai-pagawai.
  • Kelompok kekerabatan di Flores yang berfungsi palingintensif dalam kehidupan sehari-hari adalah keluarga luasyang virilokal ( kilo ). Sebagian besar kilo biasannya merasakan diri terikat padapatrilineal sebagai keturunan dari seorang nenek moyangkira-kira lima sampai enam generasi keatas. Dalam suatu perkawinan, pihak perempuan akan memintamas kawin yang banyak, mas kawin biasanya berupakerbau.
  • Ada tiga sistem perkawinan1. CangkangPerkawinan antar suku atau perkawinan diluar suku.Dalam perkawinan ini yang ditekankan adalah calonmempelai pria harus memiliki status sosial yangtinggi untuk meminang pengantin perempuannya.2. TungkuPerkawinan untuk mempertahankan hubungan woenelu (kerabat). Perkawinan antara anak laki-laki dariibu kawin dengan anak perempuan dari saudara ibuatau om.
  • 3. Cakoperkawinan dalam suku sendiri. Perkawinan cakobiasanya dapat dilakukan pada lapisan ketiga ataulapisan keempat dalam daftar silsilah keluarga.
  • Desa-desa di Flores pada zaman dahulu biasanyadibangun di atas bukit karena untuk pertahanan. Pola perkampungannya terdiri dari tiga bagian, yaitubagian depan, tengah, dan belakang yang semuanyaberada dalam satu lingkaran desa tersebut. Dulu tiap-tiap bagian dari rumah ada tempat-tempatkeramat yang berupa timbunan batu-batu besar. Namunsekarang ini hanya ada satu tempat keramat dalamsebuah desa,dan terletak di lapangan terbuka yang dekatdengan balai desa dan biasa disebut dengan mbarugendang, karena didalamnya terdapat sebuah genderangyang keramat.
  • Rumah adat flores ini bernama Mbaru Niangdan sangat langka patut kita jaga, tinggal 9 unitsaja.
  • Rumah adat WologaiRumah adat ini biasa di pakai untuk tempat upacaraadat yang terbuat dari batu,dan pada bagian belakangterdapat rumah adat kecil,yang atap nya dari rumputliar dan tiang nya dari balok kelapa yang bentuk nyaseperti balai-balai.

Sejarah Pulau Flores

   Nama Flores mulanya berasal dari bahasa portugis “Cabo de Flores” yang berarti “Tanjung Bunga”. Nama ini semula diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores yang sudah lama hidup hampir empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kakayaan yang dikandung oleh pulau ini. Karena itu, lewat studi yang mendalam Orinbao tahun 1969 mengungkapkan bahwa nama asli pulau Flores adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Ular.

     Dari sudut Antropologis, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna filosofis, kultural dan ritual masyarakat Flores. Sejarah kependudukan masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnik yang hidup dalam komunitas-komunitas yang hampir eksklusif sifatnya. Masing-masing etnis menempati nilai tertantu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow,1989;Taum,1997b)
     Heterogenitas penduduk Flores terlihat dalam sejarah asal-usul, suku, bahasa, filsafat dan pandangan dunia. Suku bangsa Flores dianggap sebagai percampuran etnis antara Melayu, Melenisia, dan Portugis. Dikarenakan lokasi berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi koloni portugis maka interaksi dengan kebudayaan portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya.
window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);